Eel Books

Friday, August 26, 2011

Effek Dramatis Tag Pemancar Satelit Terhadap Pola Berenang Sidat

 Guido van den Thillart, kecepatan renang sidat
Perjalanan dari sidat Eropa ke daerah pemijahan di Laut Sargasso masih merupakan misteri. Beberapa percobaan telah dilakukan untuk mengikuti ruaya sidat dengan pop-up tag satelit (PSATs), tanpa banyak keberhasilan. Sepertinya sidat adalah perenang yang sangat efisien, tag mungkin mengganggu efisiensi berenang. Disini dilaporkan daya yang dibutuhkan untuk berenang meningkat lebih dari dua kali lipat, disebabkan oleh tag satelit kecil yang umum dipakai. Dampaknya diperoleh dari berbagai kecepatan renang dengan dan tanpa tag di uji dalam sebuah terowongan berenang sepanjang 2 meter. Hasil ini membantu menjelaskan mengapa penggunaan tag PSAT sebelumnya untuk mengidentifikasi situs pemijahan sidat di Laut Sargasso jauh dari berhasil.

Pendahuluan

Selama beberapa dekade, studi pelacakan sidat sidat telah dilakukan untuk mengungkap rute migrasi ke samudera raya, ke daerah pemijahan 6.000 km dari tepi pantai Eropa dengan menggunakan tag akustik dan pengarsipan (Tesch 2003). Baru-baru ini, penggunaan pop-up tag satelit (PSATs), dikembangkan untuk melacak hewan besar (> 50 kg), digunakan dalam beberapa penelitian untuk melacak sidat (Aarestrup dkk 2009;. Jellyman dan Tsukamoto 2002). Meskipun rute migrasi samudera sebagian diperoleh dengan cara ini, daerah pemijahan diasumsikan tidak pernah dicapai.

Hasil menunjukkan, kecepatan perjalanan jauh lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk mencapai daerah pemijahan pada waktunya. Kecepatan minimal untuk sidat perak Eropa adalah 0,4 m/detik, ~ 6.000 km dalam waktu 6 bulan-waktu antara meninggalkan pantai dan terjadinya larva pertama (Tesch 2003). Sebaliknya, Aarestrup dkk. (2009) menemukan rata-rata kecepatan migrasi horisontal 13,8 km/ hari, yang sebanding dengan 0,16 m/detik, jelas terlalu lambat. Para penulis menyatakan bahwa ini kecepatan rendah yang tercermin dalam catatan PSAT tersebut.

Pengaruh PSATs pada efisiensi dan perilaku berenang sidat belum diuji sebelumnya. Sidat telah terbukti perenang sangat efisien, mereka adalah lima kali lebih efisien dari pada salmon sehubungan dengan pemanfaatan energi untuk berenang (van Ginneken dan van den Thillart 2000; van den Thillart et al 2004;. Palstra dan van den Thillart 2010 ). Khususnya efisiensi berenang yang sangat tinggi menjadi kekuatan menghadapi seleksi alam yang selama evolusi; sebagai konsekuensinya, setiap gangguan dengan pada bentuk dan gerakan memiliki dampak serius pada biaya transportasi (COT) dan dengan demikian mengganggu keberhasilan migrasi untuk memijah. PSATs saat ini berpenampang hampir sama dengan sidat 1 kg, karenanya daya tarik hidrodinamik hampir dua kali lipat. Tahanan PSAT tidak hanya pada gerak ke depan tapi juga gerak ke samping, yang pasti memiliki efek mengganggu tambahan pada gaya berenang sidat. Selain karena ada daya apung positif PSAT tersebut, akan ada tambahan tarikan ke atas yang konstan, yang juga merusak modus berenang. Dengan demikian, seseorang dapat memastikan ada pengaruh yang kuat dari PSAT dengan mode berenang, kapasitas berenang dan efisiensi berenang. Dalam studi ini kami menguji efek dari PSAT kecil pada efisiensi kolam sidat Eropa betina dengan berat sekitar 1 kg.

Perangkat dan Metode

Test kinerja berenang sidat (percobaan 1-5) dilakukan di terowongan Blazka-jenis kolam 127-L (van den Thillart et al 2004.) Dengan menjalankan air laut alami (35 ppt) pada 18 ± 1 ° C di bawah sinar cahaya merah sesuai dengan protokol tes kecepatan Palstra dkk. (2008). Lima uji coba yang berbeda dilakukan pada masing-masing delapan sidat perak betina ( berat 1026 ± 31 g; panjang 76,5 ± 1,0 cm). Setiap percobaan termasuk 1-hari tes kinerja berenang (tes kecepatan) setelah pengkondisian yang sesuai. Uji coba dilakukan dengan urutan sebagai berikut: (1) tidak ada tag (kontrol), (2) tidak menggunakan tag, setelah dioperasikan (untuk memeriksa efek dari penggunaan); (3) tag dengan daya apung ke atas; (4) tag apung netral; (5) tidak ada tag, setelah pencopotan tag (untuk menguji efek penanganan dan pelatihan). Protokol dirangkum dalam Tabel 1. Tes kecepatan hari ke 1i dilakukan dalam lima langkah 0,4-0,8 m/detik dengan penambahan sebesar 0,1 m/detik pada interval 2-jam. Berenang yang optimal kecepatan-kecepatan terendah COT-berada dalam rentang kecepatan, seperti yang ditunjukkan dalam studi sebelumnya (Palstra et al. 2008). Konsumsi oksigen diukur selama 90 menit pertama dari setiap interval. Ini dihitung dari penurunan konsentrasi oksigen dalam terowongan renang tertutup. Tingkat oksigen yang disimpan antara 95% dan saturasi udara 75%. Untuk mengembalikan tingkat kejenuhan awal, terowongan berenang di isi dengan air yang menggandung udara jenuh selama min 30 terakhir dari setiap interval. Terowongan berenang dikalibrasi dengan teknik aliran Doppler untuk menentukan aliran air yang benar di dalam terowongan (van den Thillart et al. 2004).

Sidat dibiasakan 1 hari sebelum percobaan pada masing-masing terowongan, dan dibiarkan semalam saat berenang pada kecepatan di 0,4 m/detik. Setelah percobaan 1, 20 × 9-mm pelat Teflon (1,5 mm) ditempatkan di bawah kulit hewan percobaan sekitar 30 mm di depan sirip punggung, lokasi yang sama seperti yang digunakan oleh Jellyman dan Tsukamoto (2002). Sebuah penempelan yang sedikit berbeda, digunakan untuk mencegah tertusuknya otot berenang sidat. Sebuah tali sutra dilewatkan melalui pelat dan kulit di kedua sisi, tali ada di luar tubuh. Setelah operasi, sidat ditempatkan kembali ke dalam terowongan renang dan berenang selama 2 hari pada 0,4 ms-1. Percobaan 2 dilakukan 2 hari setelah operasi. Setelah sebuah PSAT dilekatkan pada plat teflon, ada jarak sekitar 20 mm antara ikan dan tag. Sidat ditempatkan kembali di terowongan air dan dibiarkan berenang semalaman pada kecepatan 0,3 m/detik. Kecepatan yang lebih rendah diperlukan, karena sidat tidak bisa berenang lebih cepat semalaman dengan PSAT terpasang. Pada akhir percobaan 3, logam kecil seberat (10,9 g) ditambahkan ke tag untuk menciptakan daya apung netral. Sidat ditempatkan kembali di terowongan dan dibiarkan berenang semalaman pada kecepatan 0,3 m/detik. Setelah percobaan 4 PSAT di lepas dan sidat dibiarkan berenang semalaman pada kecepatan 0,4 m/detik. Percobaan terakhir (5) dilakukan untuk mengontrol apakah penanganan dan tes berenang sebelumnya mengubah kinerja berenang. Pada akhir setiap percobaan, kecepatan diatur pada 0,1 m/detik selama 1,5 jam untuk mengukur kondisi istirahat. Kecepatan rendah ini diperlukan untuk menjaga air tercampur dengan baik, sementara cukup rendah untuk sidat tinggal beristirahat. Kecepatan berenang yang optimal (COT) dan kecepatan renang kritis dihitung menurut Brett (1964). Menurut metode ini, kecepatan renang meningkat pada interval> 30 menit, pada 8-10 peningkatan yang sama sampai maksimum, kecepatan kritis ini kemudian diinterpolasi dari dua kecepatan terakhir.

Hasil secara statistik diuji dengan menggunakan ANOVA pengukuran berulang. Dimensi PSAT adalah: panjang tubuh 115 mm, diameter bagian pertama 20 mm, diameter bagian kedua non-fungsional 40 mm, panjang antena 170 mm dan berat 53 g. di udara, Tag yang digunakan adalah difungsikan, tetapi berhubungan dalam ukuran dan daya apung dengan PAT mini dari Komputer Margasatwa. Percobaan dilakukan menurut hukum Belanda pada hewan percobaan dengan persetujuan # DEC-10089.
 
Hasil Pengamatan dan Diskusi
 
Dalam studi ini, sidat perak betina berenang pada kecepatan 0,1-0,8 m/detik, dengan dan tanpa PSAT. Kinerja berenang diuji dengan tes kecepatan 1-hari di lima kondisi yang berbeda (Tabel 1). Tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat konsumsi oksigen (pada semua kecepatan) antara kondisi tanpa tag, yaitu percobaan 1, 2, 5 (Gambar 1a, P> 0,05). Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada efek negatif dari operasi pada efisiensi berenang dari sidat. Demikian hasil percobaan 1, 2 dan 5 dapat dianggap sebagai kontrol. Sebaliknya, ketika sebuah PSAT melekat pada sidat (percobaan 3 dan 4), konsumsi oksigen selama berenang lebih dari dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (P <0,001, Gambar. 1a). Bahkan ketika PSAT itu dibuat netral apung (trial 4), konsumsi oksigen selama berenang masih dua kali lipat lebih tinggi daripada kontrol (P <0,001). Karena tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan antara vs positif PSAT apung netral (P> 0,05), hasil menunjukkan bahwa tahan dibanding daya angkat PSAT adalah faktor yang paling penting merusak kinerja berenang. Meskipun, migrasi vertikal seperti yang diamati untuk sidat di alam liar (et al Aarestrup. 2009) tidak dapat disimulasikan selama penelitian ini.
 
Juga COT secara signifikan lebih tinggi saat sidat berenang dengan PSAT (P <0,001, Gambar. 1b), yaitu perubahan dari 25 ke 75 mg/ kg O2 h-1. Sidat dengan PSAT yang menunjukkan berenang tidak teratur pada 0,5 m/detik dan lelah setelah beberapa menit ketika kecepatan dinaikkan menjadi 0,6 ms-1. Sepertinya sidat memiliki modus berenang yang sangat teratur dengan frekuensi gelombang hampir konstan, berenang tidak teratur akan segera terlihat. Perhitungan kecepatan berenang kritikal dengan sebuah PSAT secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol; yaitu 0,48 ± 0,02 dan 0,73 ± 0,02 ms-1 masing-masing (P <0,001). Sebaliknya, selama percobaan tanpa PSAT, semua sidat mampu berenang sampai 0,8 ms-1. Hasil uji coba 1, 2, dan 5 (tanpa PSAT) sebanding dengan hasil ilmiah yang diterbitkan baru-baru ini (Palstra et al 2008.). Dalam penelitian terbaru, Steinhausen dkk (2006) mengamati bahwa tag eksternal meningkatkan konsumsi oksigen ikan cod pada kecepatan berenang tinggi, sementara kecepatan berenang yang optimal dan kritikal menurun secara signifikan. Dalam penelitian kami, dengan PSAT yang lebih besar, kami mengamati pola berenang sudah sangat terganggu pada kecepatan rendah. Perbedaan antara dua telaah mungkin karena mode yang berbeda dari kolam, yaitu subcarangiform vs anguilliform, tetapi lebih mungkin karena perbedaan agak besar di tahanan tambahan (sesuai dengan permukaan penampang dari tag, yaitu ~ 2 vs ~ 13 cm2 masing-masing). Meskipun teknologi maju tag, tag menunjukkan efek negatif dalam beberapa penelitian tentang berenang, kelangsungan hidup perilaku kinerja, dan tingkat pertumbuhan (Bridger dan Booth 2003; Makiguchi dan Ueda 2009). Efek negatif tag eksternal terhadap kinerja renang juga ditemukan pada hewan lain seperti penguin (Saraux et al. 2011) dan segel (Hazekamp et al. 2010). Ini jelas memerlukan perbaikan lebih lanjut dari tag saat ini. Sebagai kesimpulan, hasil kami menunjukkan efek dramatis dari PSAT terkecil yang ada pada efisiensi berenang sidat Eropa: lebih dari dua kali lipat, lebih tinggi mengkonsumsi oksigen pada semua kecepatan jelajah yang diuji dan kinerja berenang sangat berkurang. Oleh karena itu, PSATs lebih kecil lagi dibutuhka untuk mengurangi gangguan kinerja berenang diperlukan untuk mengungkap perjalanan sidat Eropa yang masih misterius ke daerah pemijahan. 

Guido E. E. J. M. van den Thillart (Dari Jurnal Springer), di terjemahkan oleh Ariya Hendrawan (moderator forum diskusi sidat di http://groups.yahoo.com/group/sidat
Read More..

Unagi Kabayaki (resep ikan sidat masakan Jepang)

Unagi Kabayaki
Unagi Kabayaki - Sidat Panggang (Resep ikan sidat masakan Jepang) untuk 2-4 orang

Bahan:
300 gram Sidat (Unagi) masak atau 450 gram fillet ikan sidat
pickled ginger (acar jahe)
Bubuk Sansho
Saus kabayaki (lihat di bawah)

Bahan Saus Kabayaki:
3 sendok makan sake
2 sendok makan mirin (sweet rice wine)
2 sendok makan kecap jepang (Japanese soy sauce)
4 sendok teh gula
1/2 mangkuk kaldu ikan

  1. Siapkan saus kabayaki lalu sisihkan
  2. Tusukan 2 atau 3 tusuk sate ke fillet sidat sehingga bentuknya tetap saat di panggang.
  3. Panggang sidat di atas arang selama 3 menit, dagingnya menghadap bara api.
  4. Ulas sidat dengan saus, dan panggang lagi kedua sisi selama 1 menit, ulangi beberapa kali dengan 1 menit untuk tiap sisi.
  5. Tempatkan sidat masak pada tatakan, putar tusuk sate dan tarik pelan pelan, kemudian potong sidat sepanjang 4 inchi, dan sajikan di atas nasi.
  6. Hidangkan sidat panggang hangat dengan timun jepang, acar jahe dan bubuk sansho
Cara membuat Saus Kabayaki:
Untuk membuat saus, tempatkan semua bahan dalam panci lalu rebus.
Gunakan api kecil, aduk sampai saus menjadi separuhnya.
by: Ariya Hendrawan
Read More..

Membuat Unagi Nigiri (Resep Ikan Sidat Masakan Jepang)

Unagi Nigiri
Resep Membuat Unagi Nigiri

Bahan:
Nasi Sushi (sushi rice)
Ikan Sidat panggang (unagi-smoked eel)
Rumput laut kering (nori)
Wijen (sesame seeds)
Saus Kabayaki (kabayaki sauce)
1 knife
1 bowl of water

  1. Ikan Sidat (Unagi) dihidangkan hangat. Panaskan dalam panggangan microwave 1 menit.
  2. Untuk membentuk sushi, basahi tangan anda dengan air dalam mangkuk, untuk menghindari nasi melekat pada tangan anda.
  3. Ambil sebagian nasi dan bentuk memanjang, istilah nigiri artinya "dibentuk dengan tangan"
  4. Letakan sidat panggang (unagi) di atas nasi, dan ikat dengan rumput laut (nori) melintang ditengah potongan ikan,  lekatkan kedua ujung nori.
  5. Ulasi dengan saus kabayaki sauce, saus ini rasanya agak manis, dan taburi dengan wijen.
by: Ariya Hendrawan
Read More..

Thursday, August 18, 2011

Pengalaman Sidaters Pak Timotheus Soemadi Berburu Sidat

Timotheus Soemadi Pemburu Sidat
Dear All sidaters,

Saya selama ini hanya menjadi pembaca surat email dari rekan-rekan semua, yang terutama tulisan dari pak moderator sebagai leadernya.

Semua tulisan baik adanya dan mempunyai kualitas dan berbeda-beda pandangan tapi satu tujuan yaitu bermakna dan punya arti.

Saat ini saya sebagai pencari sidat/ masapi/ sogili di Sulawesi Tengah, dengan meninggalkan anak-istri demi sidat dan bermukim di daerah kabupaten Donggala Sulteng.


Metoda pencarian adalah dengan cara membuat stroom dari accu 10 ampere juga dengan bubu atau dipancing. 

Stroom accu saya berikan kepada masyarakat/ penduduk yang mau bekerja mencari sidat pada malam hari yang hasilnya akan saya beli, walaupun mereka kembali dari berburu dari sungai/ kuala pada pukul 03.00 atau subuh pagi buta, tetap terjadi transaksi. Begitu juga sidat yang ditangkap dengan bubu atau dipancing tetap saya beli tentu dengan harga yg pantas karena sarana dan alat sudah saya siapkan/ pinjamkan.
 
Mengingat cara budidaya dari glass eel hingga layak konsumsi cukup lama, maka saya memilih menggunakan cara membuat stroom accu 10 A, atau menangkap ikan sidat dengan bubu atau dipancing.
 
Kendala kendala di lapangan :
 
1. Sumber Daya Manusia

Walaupun managemen di dalam perusahaan atau pribadi baik, tapi harus juga perlu dicari SDM yang berkualitas dan bisa dipercaya untuk dilapangan.

Contoh :
  • Walaupun semua alat ada, siap pakai dan lengkap (dipinjamkan), namanya manusia mereka(pencari) tetap melirik kepada yg mau membeli dengan harga tinggi.
  • Ada yang minta peralatan lengkap hingga tabung oxigen kapasitas 2 m3 hingga obat-obatan dan uang jutaan untuk modal kerja, tapi tidak setor-setor sidatnya, setelah didatangi kenapa sudah 1,5 bulan tdk kirim sidat, jawaban simple: sidatnya pada mati. Ketika di cross-cek kepada orang lain dan tetangga terdekatnya ternyata dijual kepada orang lain.
  • Ada kendala lain seperti pencurian saat sidat diletakan dijaring penampungan sementara di dalam sungai, karena lokasi jauh diatas gunung yg berjarak puluhan km yang hanya bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki. Setelah sidat terkumpul banyak baru dimasukan kantong plastik dan diberikan oksigen lalu dikirim.
  • Jika mencari sidat dengan cara distroom menggunakan accu bobotnya akan berkurang sekitar 1 ons. Mereka pencari sidat merasa yakin kalau sidatnya itu ukuran seumpama 1 kg ternyata setelah ditimbang kok menjadi 9 ons, ini bisa jadi masalah tersendiri.
  • Masalah lain seperti listrik padam hingga 5-7 jam,bahkan pernah hingga lebih.
    Hindari mencari sidat yang lokasinya dekat dengan dengan area tambang emas, limbah merkuri akan sangat berbahaya jika sidat berasal dari lokasi tersebut.
  • Metoda membawa sidat yang berjarak puluhan atau ratusan km ke kolam penampung jika kapasitas oksigen sedikit, bisa fatal akibatnya, ini juga perlu diantisipasi.
  • Masa menunggu di penampungan juga perlu dipikirkan karena dengan jumlah yg cukup banyak untuk dikirim, kadang diberi pellet mau makan, kadang tidak, terpaksa mencari ikan/cumi untuk bisa menjaga kondisi dan bobot tubuhnya.
2. Kesimpulan kesimpulan yang bisa diambil dari usaha budidaya sidat adalah :

Betul apa yang disadur oleh pak Ariya tulisan dibawah ini.

  • Harus dibuatkan semacam refensi dari hilir sampai hulu hal tentang biology hewan tesebut, baik cara pembuatan pakan dan jam berapa mereka mau makannya juga kalau sakit harus bagaimana, tehnik pengiriman bagaimana dan sampai tujuan pembeli/ end buyer bagaimana.
  • Tehnik pengemasan waktu mau mengirim melalui bandara, berapa ekor tiap kantong plastik. Jangan menggunakan pesawat yg transit karena daya tahan oksigen waktunya terbatas, dan kualitas air waktu dibawa dari lokasi penampungan harus diganti dengan air baru di bagian kargo/ bandara
  • Menghindari sidat makan lendirnya sendiri.
  • Harus siap es batu atau bunga es dalam kotak gabus pengiriman agar tidak panas.
  • Jadi hal hal kecil juga perlu diperhatikan, jika tidak bisa fatal akibatnya, maaf bukan menggurui, ini dasar dari pengalaman.
  • Besar kecilnya kolam penampungan utk budidaya juga perlu dibuatkan ukurannya yang ideal, dan sidat besar dan kecil harus dipisah mengingat yg besar bisa makan sidat kecil.
 
Sidat ini adalah binatang pemalu alias suka ngumpet dan senangnya suka masuk lubang yang gelap, tidak suka dilihat manusia.
 
  • Metoda pengobatan jika sidat sakit harus bagaimana dan obatnya apa saja yang perlu disiapkan.
     
  • Bagaimana jika sidat matang gonad cara antisipasinya dan bagaimana ciri-ciri nya, mengingat cara hidup hewan tersebut cukup unik, besar di air tawar bertelur di air laut.
  • Hindari cara mencari sidat dengan cara stroom dari genset atau tuba/ diracun, jika anda melihat bisa distop dan dilarang, karena sidat dan binatang lainnya yg kecil2/ bibit bisa langsung mati, ini sangat berbahaya bagi ekosistem dan perkembangbiakan sidat dan binatang lainnya.
  • Perhitungan biaya investasi harus dibuat secara rinci,matang dan hati hati.
  • Perlu dibuatkan disetiap kabupaten atau propinsi tempat kursus/pelatihan dan pengenalan tentang belut mahal ini.
  • Pelatihan tata cara export dengan deperindag diperluas jangkauannya jangan hanya ada dikota kota besar saja, ungkin disetiap propinsi diadakan dan tidak hanya melulu sidat saja, tapi juga ikan yang lainnya.
    Term payment trading juga harus di perhatikan (FOB, CIF, CNF Franco/locco) dll, ini juga masuk dalam pelatihan PPEI deperindag.
  • Jika mendapatkan sidatnya mati tidak usah khawatir karena masih punya harga jual jika isi perut dan kepalanya dibuang lalu masukan frezzer atau dibuat frozen. Ukuran yang bisa dibeli mulai 7 ons up tanpa dipotong potong. Kebetulan saya ada pembeli serius yang siap menampung. Asalkan tidak dari daerah penangkapan/penangkaran dari dekat lokasi tambang emas atau tambang yg banyak menggunakan bahan baku merkuri, karena akan di reject.
 
Hal hal lain yang terkait, mungkin rekan rekan atau moderator bisa menambahkan.

Demikian sedikit ulasan yg saya bisa berikan, terima kasih.

Koeat Karena Bersatoe, Bersatoe Karena Koeat (Bung Karno).

Read More..

Monday, August 15, 2011

Yopie Yuliarso Pembudidaya yang Pantang Menyerah

Yopie Yuliarso (Pembudidaya Sidat)
Pak Yopie, pernah menyelesaikan sekolahnya di negara Jerman di bidang studi yang sangat jauh dari dunia perikanan yaitu elektro tehnik fachbereich technishe informatics Hamburg dan lulus pada tahun 1988, dengan berkecimpungnya didunia perikanan beliau menyebutnya hijrah dari high-tech ke mahluk-mahluk kecil.

Pada tahun 2008 Yopie Yuliarso pernah menggeluti pembesaran atau budidaya Kepiting Bakau di lokasi yang produktif yaitu Mojo dan Cepiring di Jawa Tengah, berawal dari pemekaran usahanya yaitu outlet kebab di Pekalongan, dimana pada waktu itu orang-orang disekeliling beliau bercerita tentang penanaman benih pepohonan jati, mangga termasuk bakau yang sangat erat hubungannya dengan ekosistem yang mengcover kepiting bakau, lalu mencoba googling dan ternyata menarik.

Karena tahu tidak ada benih dan seterusnya maka tim Yopie Yuliarso mulai mendata dimana benih yang akan didapatkan dengan banyak (memenuhi kebutuhan), bagaimana kontinuitasnya yang semuanya telah dilakoni tahap demi tahap dengan baik.

Masa-masa berproduksi yang bagus pernah dialami dengan panen yang setiap hari dilakukan dengan jumlah produksi antara 30-50 kg/hari dengan jumlah tanam isi 10-12 ekor benih per kg, berat 60-80 gr asumsinya kalau molting besar dan beratnya naik 30% dimana 1 porsi menu masak adalah 100 gram maka sempatlah Yopie dan timnya mengalami masa-masa keberhasilan. kemudian tambak-tambak wadah budidaya kepiting tersebut mengalami kebocoran terutama dari kepiting-kepiting muda terlebih mengalami kondisi riil bahwa benih-benih kepiting selalu kekurangan dan pasti akan kekurangan terus Yopie Yuliarso mengundurkan langkahnya. Tambak yang sudah disewa jadi menganggur, rakit terbuang percuma basket-basket yang sudah tersewapun tergeletak sedih.

Pantang putus asa pada tahun 2010 Yopie melakoni usaha ikan hias dengan memanfaatkan peralatan hatchery yang cukup lumayan, dengan bermain ikan tangkapan alam seperti botia, silver scat dan red scat. Menurut beliau bermain ikan tangkapan alam lebih sulit daripada ikan yang dapat dipijahkan dengan cara buatan seperti blackghost, Bosmani, Garrarufa yang berhasil dengan lumayan. Untuk komoditas hias yang dihasilkan produksinya dipasarkan kepada pengumpul dan exportir, pemasaran terbanyak adalah ke Singapore, Hongkong dan Eropa, bahkan hingga jazirah Arab.

Berbarengan dengan itu juga Yopie sambil melirik kepada komoditas ikan sidat, akan tetapi info penjualannya masih gelap, banyak yang menawarkan tapi tidak ada yang beli dan masih ragu dengan kondisi gelapnya benih/anakan sidat. Setelah kembali googling dan bertemu dengan pendekar-pendekar perikanan (dimana beliau menyebutnya demikian), ternyata ikan sidat menantang sekali dengan benih tangkapan alam, terlebih setelah melihat peta benih ikan sidat di alam Indonesia yang melimpah ruah, sehingga untuk menjaga agar glass eel (GE) tidak dilarikan keluar negeri maka perlu dilakukan pengetatan pintu-pintu keluar, nelayan penangkap diberi penyuluhan agar bisa membesarkan dari GE ke Elver atau paling tidak bisa menampung GE minimal selama 1 minggu. Untuk selanjutnya budidaya sidat dibuat segmentasi (selayaknya ikan gurami) agar pelaku budidaya tidak terlalu lama untuk mendapatkan hasil. Pada pemeliharaan GE anggaplah 1 bulan bisa mencapai 0,5-0,7 gram bulan ke-2 menjadi 1-3 gram dan bulan ke-3 bisa mencapai 5 gram up, demikian menurut Yopie Yuliarso. Harapan tingkat selanjutnya dari kegiatan yang dilakukannya ini Yopie menginginkan para pencari GE paling tidak bisa bisa menangkap dengan benar, merawat dengan benar dan mengepak dengan benar sebelum dikirim atau didistribusikan. Harapan selanjutnya beberapa dari mereka agar bisa bermain di budidaya pendederan sidat dimana setelah 3-4 bulan ada yang mengangkat hasilnya untuk budidaya pendederan elver ke fingerling. Untuk itu diperlukan bapak angkat.

Kemudian dengan hasil pencarian karena keingin tahuan dan semangat pantang menyerah Yopie menekuni komoditas ikan sidat dari sisi yang menarik, dimana beliau menyebutnya sambil menyelam trading Glass Eel (GE) dan fingerling, dengan diawali pendederan pada wadah akuarium disesuaikan dengan sarana ikan hias yang ada, untuk sementara proses pembesaran fingerling skala kecil masih dilakukan di akuarium. Hal ini sebagai teladan bagi para follower mengingat elver/fingerling tangkapan alam masih bagus, bersama berlangsungnya kegiatan pendederan yang diarahkan oleh Yopie maka akan didapatkan benih sidat yang besarannya hampir merata.

Sedangkan pada komoditas kepiting soka yang menjadi obsesinya, Yopie Yuliarso saat ini sedang menimba ilmu pada si Ratu Kepiting dari Makasar yaitu DR Ir Yushinta Fujaya, M.Si dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar. Bagaimana tidak, menurut Yopie profitnya jelas sekali sehingga semangat dan obsesi yang tak kunjung padam untuk mendapatkan kepiting-kepiting muda melalui Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT), dengan kenyataan Myanmar sudah mulai berhasil dan mendengar kabar baik dari Balai Jepara dan Takalar Yopie mulai mengumpulkan know how agar Pe eR-nya tidak terlalu besar. Menurut perhitungan Yopie seekor telur kepiting bakau bisa mencapai 2-8 juta, 1%-nya saja sudah mencapai 20.000 stadia crab yang hidup (asumsi dari larva 2 juta), kalau 20 pasang indukan saja apa tidak luar biasa jumlahnya (200.000crabblet). Maka jika dan hanya jika 20 HSRT saja sudah bisa beroperasi, akan berapa banyak kepiting muda yang berwara-wiri. Obsesi luar biasa yang bisa diusahakan menurut Yopie antara lain; pohonan bakau mau tidak mau harus ditanam, lahan-lahan yang mengganggur di Pantura bisa digarap, populasi Scylla serrata mulai bisa diatasi, banyak lapangan kerja berbagai variasi bisnis akan bisa dibuka (tumpangsari kepiting dengan ikan lain yang menyantap sisa pakannya), indukan kepiting diproduksi, penggemukan kepiting, kepiting telur, kepiting cangkang/kulit lunak (kepiting soka/lemburi), sampah cangkang kepiting untuk jadi tepung, bahan baku lem, garmis restoran, dan lain-lain. Semoga mimpi indah menjadi kenyataan. Selamat berjuang Yopie Yuliarso dan para pembudidaya di seluruh Indonesia. Semangat memang bukan segalanya tapi dengan semangat, kesuksesan bisa terjadi dan jalan menuju kesana semakin terang dan terbuka lebar. Berusaha dan berdoa adalah kuncinya. 

Profil Yopie Yuliarso :
Pendidikan :
1. SMA Negeri I Cirebon. 1974
2. FachHochSchule Hamburg Berliner Tor Technische Informatik, 1988

Pengalaman Budidaya :
- Pembudidaya Kepiting Soka, 2007-2009,
- Ikan hias & konsumsi,  2008-2010,
- Ikan Sidat, 2010- skrg

(Disadur dari Situs Dirjen Budidaya Perikanan)
Read More..

Saturday, August 13, 2011

Filter Kolam Ikan atau Tangki Ikan

Filter Kolam Ikan atau Tangki Ikan
Filtrasi:

Air jernih tidak selalu berarti air yang sehat untuk ikan, mungkin air tersebut mengandung zat tidak berwarna seperti amonia dan nitrit, yang berbahaya dan bahkan mematikan ikan.

Filter Mekanis.

Sebagian besar media filter memiliki fungsi mekanis. Tangki settling membuat gravitasi untuk menarik limbah padat untuk dikeluarkan dari air dengan memperlambat aliran air. Tangki settling biasanya ditempatkan diawal filter.

Dalam tanggki settling dibuat pusaran air yang bergerak secara melingkar yang memungkinkan kotoran padat dalam air berkumpul di pusat dengan mudah dapat dialirkan ke pembuangan. Filter kasa atau anyaman dapat digunakan untuk menyaring air untuk tahap selanjutnya.

Filter Biologi.


Filter bergantung pada bakteri yang spesifik untuk menghancurkan sisa pakan atau kotoran ikan yg meracuni kolam menjadi substansi yang tidak berbahaya. Ada dua tahapan menguraikan amonia, tiap tahap memerlukan bakteri yang berbeda. Tahap pertama adalah menguraikan amonia menjadi nitrit dengan bakteri untuk nitrifikasi, seperti Nitrosomonas. Tahap kedua adalah mengkonversi nitrite menjadi nitrat oleh Nitrobacter.

Kedua jenis bakteri ini membutuhkan oksigen untuk hidup, endapan yang terbentuk dalam filter akan menekan level oksigen, sehingga penting untuk membuat sedimen dalam kondisi minimum, dengan menempatkan tangki settlemen dan dengan secara teratur, membersihkan filter ( jangan menggunakan air pam yang mengandung chlorine, karena akan membunuh bakteri).

Berbagai media yang berbeda mungkin di tempatkan pada filter, material seperti gravel, matt, hair roller, busa, bisa diterapkan untuk menyediakan permukaan bagi bakteri untuk berkembang biak. Filter biologi membutuhkan waktu beberapa minggu untuk menjadi matang, budidaya bakteri nitrifikasi akan mempercepat proses.

Filter Kimia.

Karbon aktif menghilangkan chlorine, rasa, bau, warna, pestisida, logam berat dan ketidakmurnian lain. Filter carbon mesti diganti tiap 3 bulan.
 
Zeolite akan menyerap amonia dari air. Fitur yang baik dari Zeolite ialah dapat di bersihkan dalam air garam (6 gr) per liter, selama 24 jam dan dapat digunakan kembali. Jangan menambahkan garam ke air kolam anda jika menggunakan Zeolite, karena ini akan melepaskan sejumlah amonia.

Jika filter biologi digunakan, filtrasi kimia tidak diperlukan lagi, tapi dapat digunakan jika filter biologi yang sudah jadi (matang) tidak mencukupi untuk kolam.

Filter pasir, beberapa pemelihara ikan menggunakan filter pasir sebagai tahap akhir untuk membersihkan air. Air dilewatkan ke pasir dengan tekanan tinggi, dan keluar dengan sangat jernih. Aktivitas bakteri juga mengambil tempat dalam filter pasir. Filter pasir cukup mahal, susah dibuat sendiri karena memerlukan tekanan air yang tinggi.

Pengontrolan Alga

Filter boologi merubah amonia menjadi nitrat, yang kurang berbahaya bagi ikan (kecuali dalam tingkatan yang tinggi), tetapi kerugiannya adalah alga menyukai nitrat, dan alga akan berkembang biak. Ada dua tipa masalah oleh alga, Air hijau, dan tanaman air. Air menjadi hijau karena alga mikroskopis di air, tidak berbahaya bagi ikan yang memakan alga.

Dalam cuaca cerah alga akan menggunakan oksigen, yang menyebabkan ikan susah bernapas. Ada beberapa cara untuk mengurangi alga: filter tanaman sayur sayuran, tumbuhan yang menggunakan nitrat, sehingga tidak cukup bagi alga. Filter Ultra Violet juga membunuh alga yang lewat; Bahan kimia Algaecide dapat digunakan tetapi masalah akan muncul kembali; Magnet yang ditempatkan pada pipa akan merusak sel alga secara internal, ini akan membunuhnya atau membuat alga tidak ber-reproduksi. Blanket weed (filament algae) akan membentuk pita panjang juga dapat dicegah dengan filtrasi dengan tanaman air, algaecide dan magnet.

Pembersihan Filter

Filter perlu dibersihkan secara teratur untuk membuang endapan, pertimbangkan hal ini dalam pembuatannya. Bikin pengeluaran pada dasar tangki, sehingga endapan dapat keluar dengan mudah, dan pembersihan endapan mudah dilakukan. Hal lain yg mudah dilakukan adalah menempatkan media filter dalam kantung dari
jaring, tidak menuangkan media ke tangki begitu saja, sehingga media filter mudah di ambil satu persatu tiap kantung.

Jangan sekali kali membersihkan filter dengan air PAM untuk filter yg sudah ada bakterinya, ini akan membunuh bakteri filter dan anda akan membutuhkan waktu agar bakteri berkembang biak lagi.

oleh: Ariya Hendrawan

Read More..

FCR (Food Convertion Ratio) dalam Budidaya Ikan

Pembesaran Sidat Elver ke Fingerling
FCR (Food Convertion Ratio) yaitu perbandingan (rasio) antara berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya dengan berat total (biomass) sidat yang dihasilkan pada saat itu. Sebagai contoh : pada suatu periode budidaya telah berhasil dipanen sidat dengan biomass 2 ton sedangkan berat pakan total yang telah digunakan seberat 3 ton, maka besaran FCR pada saat itu adalah sebesar 3 ton / 2 ton = 1.5.

Pada suatu usaha budidaya sidat pada umumnya nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolok ukur  keberhasilan baik secara teknis budidaya maupun  secara finansial.

Ditinjau dari segi teknis budidaya, nilai FCR terkait dengan parameter keberhasilan pengelolaan program pakan sidat yang secara tidak langsung juga terkait dengan pengelolaan kualitas air dan kondisi/kualitas
sidat. Sedangkan secara finansial nilai FCR akan berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh pada satu periode budidaya karena pakan sidat merupakan penyumbang biaya terbesar pada suatu usaha budidaya sidat.

Mengacu pada penjelasan tersebut di atas, maka kondisi yang sering terjadi adalah pada saat memulai kegiatan budidaya sidat biasanya telah ditetapkan target nilai FCR yang harus dicapai. Hal seperti ini pada akhirnya dapat membuat kondisi dimana pengelolaan program pakan sidat lebih mengacu pada target FCR
daripada tingkat kebutuhan sidat terhadap pakan pada saat itu. Secara psikologis, target FCR dapat mengakibatkan rasa khawatir jika nilai FCR akan membengkak atau dengan kata lain telah terjadi pemborosan pakan sidat (tentu saja biaya produksi juga membengkak). Faktor psikologis seperti ini biasanya
juga berpengaruh pada penyusunan program pemberian pakan sidat yang kurang optimal karena lebih cenderung pada prinsip pengiritan pakan.

Program pemberian pakan yang mengacu pada target FCR tanpa memperhatikan tingkat kebutuhan sidat pada umumnya dapat mengakibatkan kondisi sebagai berikut:

1.Terlambat dalam pemberian pakan (terutama pakan buatan) pada phase bulan pertama, meskipun telah terindikasi ketersediaan pakan alami pada saat itu mulai berkurang/habis. Kondisi ini dapat mempengaruhi terhadap kondisi, populasi dan tingkat keseragaman sidat yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada
program pemberian pakan berikutnya.

2.Berat pakan per hari (pakan harian) yang diberikan ditentukan oleh estimasi populasi dan biomass sidat yang mengacu pada target FCR yang telah ditentukan. Perubahan berat pakan per hari lebih cenderung mengarah pada perubahan konstan dan tidak berfluktuatif sesuai dengan tingkat kebutuhan sidat pada saat-saat tertentu.

3.Adanya persepsi yang kurang benar terhadap frekuensi pemberian pakan, yaitu semakin banyak frekuensi pemberian pakan maka akan mengakibatkan FCR membengkak.
 
Pada kondisi tersebut di atas frekuensi pemberian pakan harian lebih mengarah pada kuantitas total pakan harian yang terdistribusi pada tiap-tiap frekuensi pakan dan tidak mengacu kemampuan sidat dalam mengkonsumsi pakan serta seberapa lama/sering sidat akan membutuhkan pakan lagi.

Sebagai contoh: Populasi sidat dalam suatu petakan tambak membutuhkan total pakan per hari adalah 20 kg. Pada saat itu misalnya kemampuan populasi sidat tersebut rata-rata hanya 4 kg, maka secara ideal frekuensi pakan harian sebaiknya sudah 5 kali sehari. Jika frekuensi pakan harian hanya dilakukan 4 kali, meskipun berat total pakan per hari adalah sama yaitu 20 kg, maka setiap kali pemberian pakan rata-rata adalah 5 kg dan ini berarti ada 1 kg pakan yang tidak terkonsumsi setiap kalinya atau 4 kg per hari.

4.Terkait dengan penjelasan no 1, 2 dan 3 tersebut di atas maka hasil panen sidat pada akhirnya juga tidak dapat optimal baik dari segi kualitas, kuantitas (biomass) sekaligus tingkat keuntugan yang diperoleh, meskipun secara target FCR dapat terpenuhi.
 
Berdasarkan penjelasan dan ilustrasi di atas, maka dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan usaha budidaya sidat terutama pengelolaan program pakan sebaiknya kita tidak terperangkap oleh target FCR tanpa memperhatikan kondisi dan tingkat kebutuhan sidat. Memang target FCR memiliki peranan yang penting sebagai pedoman program pakan, dan jangan sampai hal ini membuat suatu kondisi bahwa sidat harus
mengikuti kita, tapi sebaliknya kitalah yang harus mengikuti kebutuhan sidat.
Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...