Eel Books

Monday, March 19, 2012

BELAJAR MENGANALISIS SEBAB PERMASALAHAN DI DUNIA BUDIDAYA IKAN SIDAT

Fish Bone Analysis Masalah Sidat
Dear All Sidaters,

Sering kita mendengar tentang Jendela Jauhari, ada sisi lain dimana kita tidak mengetahui sama sekali solusi suatu persoalan.

Dalam menggali ilmu kita harus terus menerus belajar, mendengar, berdiskusi, menjawab segala permasalahan yang ada. Jika banyak penasihat terlaksanalah rancangan. Perlu introspeksi diri dan mengukur kemampuan, juga membandingkan kemampuan dan melatih diri menjawab permasalahan begitu pula dalam budidaya ikan sidat.

Dimanakah posisi kita?
Saya Tahu bahwa Saya Tahu = Berpengalaman dan Percaya Diri (Pe De)
Saya Tahu bahwa Saya Tidak Tahu = Tahu Diri alias Bijaksana Mau Menambah Ilmu
Saya Tidak Tahu bahwa Saya Tahu = Kurang Percaya Diri Perlu Dorongan
Saya Tidak Tahu bahwa Saya Tidak tahu = Sok Tahu, Keras Kepala, Tidak Mau Belajar, dan Sering Gagal alias Oon

Tentu kita tidak mau jatuh dalam katagori yang ke empat, makanya kita di group sidaters http://groups.yahoo.com/group/sidat ini terus menerus belajar.

Banyak dari kita memang bukan ahli ikan dengan latar belakang ahli biologi, ahli perikanan, maupun ahli peternakan, kebanyakan memang latar belakang teknik dan bisnis. Dalam kolaborasi yang besar dengan berbagai macam keahlian akan melahirkan kombinasi-kombinasi pengetahuan yang akan melahirkan inovasi, ini yang sangat penting sekali untuk membuat suatu usaha atau bisnis survive. Tetapi kalau ada ahli perikanan, ahli biologi, atau orang-orang yang mengerti tentang ikan dan ikhlas menolong orang lain mencapai potensi tertinggi seseorang tentu akan banyak nasib nelayan dan pembudidaya ikan terangkat di negara ini. Di dunia internet sering dikatakan layanan gratis, sharing (berbagi) di dunia Internet Social Network, nilai suatu usaha layanan internet Billion US dollar. Mari kita terus melayani dan berbagi.

Salah seorang pensiunan suatu balai besar perikanan air tawar di Jawa Barat setelah 35 tahun bekerja dan pensiun, dia katakan 35 tahun kerjaan saya menipu petani/ petambak ikan. Dalam iklim reformasi dan transformasi, dimana diinginkan suasana Good Governance (kepenata-layanan yang baik) maka perlu Reformasi dan Transformasi di dalam kepenatalayanan ke arah yang baik oleh pemerintah di bidang perikanan.

Hal lain penyelundupan glass eel juga masih merajalela. Ingin untung cepat, di sisi aparat, perlu tambahan uang kiri kanan sehingga meloloskan penyelundupan glass eel, elver, dan fingerling ke luar negeri dengan menerima sogokan, dapat mengakibatkan kelangkaan bibit sidat dan musnahnya ikan sidat karena eksploitasi yang berlebihan. Karena itu perlu Local Wisdom (Kebijakan Lokal), dan kesadaran lingkungan dan wawasan akan kelangsungan hidup sidat di alam. Lebih baik ikan sidat kita budidayakan sendiri, dan kita jual ke luar negeri dalam bentuk produk olahan, sehingga nilai tambah dan keuntungan jatuh lebih banyak untuk bangsa kita.
 
Dari hal di atas perlu Reformasi sekaligus Transformasi cara kita berusaha di dunia ikan sidat dengan terus menerus menambah ilmu dan siap berubah kearah yang lebih baik.
 
Jika anda memang merasa sudah hebat, tetap saja seperti kita tahu ikan sidat, makin banyak yg tidak kita ketahui. Apakah ada dari sidaters yg sudah sukses mengawinkan dan memijahkan sidat?
 
Jadi perlu kita juga mawas diri dengan belajar juga ke ahlinya ikan seperti ahli Biologi, ataupun Ahli Perikanan yang kompeten. Seorang ahli perikanan yang terlatih dan berpengalaman ditunjang dengan latar pendidikan perikanan tentu dengan sangat mudah bisa menjawab pertanyaan tentang penyakit ikan, cara pengobatannya, dan cara pencegahannya. Misalnya dalam budidaya sidat komponen biaya 26% bibit, 52% biaya pakan, 8% listrik, 3% biaya tenaga pelaksana, 7 % biaya manajemen dan supervisi, 0,5% biaya panen, 1,5% biaya transport, 2% biaya vitamin dan obat. Tentu tidak mahal membayar supervisor yg ahli Biologi atau Perikanan Budidaya yang ahli di bidangnya, daripada misalnya ikan mati semua tanpa ada upaya pencegahan yang berakibat kerugian fatal, bahkan kebangkrutan.
 
Di tambak pandu Krawang (sekarang BLU Pandu Krawang) dahulu pernah terjadi white spot menyerang seluruh udang sehingga mati bayangkan ratusan hektar, semoga tidak terjadi di sidat.
Untuk berbagi dengan rekan-rekan sidaters mari kita belajar mengenai Fish Bone Analysis, suatu tools didalam manajemen. Gambar di awal adalah gambaran Fish Bone Analysis, untuk menganalisa suatu sebab-akibat suatu permasalahan yang diciptakan oleh Kauro Ishikawa http://en.wikipedia.org/wiki/Ishikawa_diagram, yang dapat diterapkan dalam budidaya ikan sidat, contoh kita terapkan menganalisis: Ikan sidat kok masih kuntet-kuntet, “Ada Apa dengan Sidat ?”.

Jadi ada faktor Manajemen, Manusia, Proses, Sumber Daya, Perlengkapan dan Lingkungan, kita identifikasikan satu persatu untuk kemudian dibuat suatu best practice untuk pencegahan masalah, atau perbaikan di dalam budidaya ikan sidat.

Selamat belajar, semoga mencerahkan. Dalam Kebersamaan dan Melayani kita Kuat dan Menjadi Besar.
 
Salam Sidat
 
Ariya Hendrawan
Moderator Milis Sidat (http://groups.yahoo.com/group/sidat)

Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...